MEMILIH ATAU TERSISIH

BIAR JANGAN ADA TERPAKSA
 
Terperangah lalu termangu mangu dan tak mampu kujawab salam,
Ketika begitu saja hadirmu atas pesan lupa berita,
Langsung menyatu, bagaikan terbiasa bersama,
Entah ya, entahpun tidak ya bukan ide berita
Tapi sewarna ,seirama bahkan satu pula nada nada jiwa
Bagaimana mungkin ini sebuah kebetulan ?
Ini jebakan, ataukah jalan panjang titian hidup sementara
Kepada ragu kutitipkan tanya atas fakta,
Tentu semua pun akan berkata : ini sengaja yang tak terduga
Ya sudah; hendak terus meniti atau henti dibatas sunyi ?
Kenapa pula kau tawarkan harga yang tak semestinya ?
Padahal saat itu tak berani kutaksir pesona ,sengaja kupalingkan niat
Supaya tak ada lagi berita, setidaknya ringan tak ada jinjingan
Tapi faktanya : lena menghanyutkan jiwa raga,
Tercurah hasrat lupakan segala akibatnya,
Namun tak perlu berlama lama membaca tanda tanda,
Sebab dengan sendirinya mengambanglah cerita hampa,
Dalam termangu seperti termanguku diawal cerita,
Memilih atau tersisih ada ditangan kanan kiriku.


INILAH AKU

ditengah jalan pengabdianku aku terkapar,
dikeyakinan idelisme yang kukuh aku terjerat,
dimana mana aku tak tercatat,
aku,
pengembara yang mimpi tegakkan hati nurani,
namun tertinggal didepan sana ,
dibatas senja perjalanan karierku,
itulah aku kawan,
jangan lagi terus kau pertanyakan,
aku tak hilang, tapi tak ikut dalam hitungan
aku pemain, tapi absenku cuma penggembira,
itulah aku kawan,
jangan lagi dipertanyakan....



PENUH SYARAT 

Wahai sahabat pecinta seni dan imajinasi..
terunduk dan hanya melihat dimana langkah terhenti biarkan sesa'at dinikmati..
untuk selanjutnya menatap kedepan..clingaaaakkk celingukkk melihat keadaan dan melanjutkan perjalanan..

mengingat taman yg pernah dilewati teramat sulit untuk melepas senyum..
padahal tentunya lumpur kotor..udara pengap..malam yg gelap..malam yg gemerlap..
disitulah mata dan kaki akan liar manja..
jadi knapa hanya membuka kisah taman sedangkan kita hidup beralaskan debu.
JANGAN ANGGAP KATA ORANG
Ini kata orang,
kalau angin biru muda itu panas,
apalagi kalau dipetik petang terbuka,
bahkan ada yang hingga hanguskan kalbu,
bila tak segera sadar magna jiwa lelana,
maka : jangan sekali kali merayu hasrat,
kalau toh akhirnya pupuskan dalamnya samudra kalbu
betul, ini kata orang,
merekah syahdu nyalakan semangat bibir berlipstik,
tebaran jalanya mengait didada rindu yang salah terka
bukan itu yang kumau, seperti hitunganmu
biarpun kau menang, aku meraih puncak
pasti kini mabukmu puaskan kesombongan,
sebab kau kira semuanya sudah terengkuh ,tersungkur sujud
padahal kulenakan amarah yang tertunda didada,
anggab saja kutebus semua hutang turun temurun..
semoga kau baca aromaku didasar hati terdalam,
agar tak menyesal dipagi harinya,
tapi ini cuma kata orang.......
KAU TAK MENGENALKU SESUNGGUHNYA

Ada daya yang melemah saat kusapa penuh suka,
ada hati yang merana saat kutata dengan jiwa,
betapa makna sulit dibaca,
manakala pondasi berlumuran sak wasangka,
jiwa seni akan limbung terima sanjung,
jiwa seni akan gemilang bila terima sankal silang,
sungguh, niat ingsun putih kasih
agar pribadi tegar bagai teras jati,
tapi alih isi berbalikan dari niat hati,
inilah sangkal silang kata, bahasa dunia
sejuta wacana terjemahannya, hak pribadi siapa saja
maafkan niat ingsun yang tak sampai ke tujuannya,
tapi jangan dijadikan bara yang mengganjal kreativitas,
luruh hatiku, ciut nyaliku, berguguran warna kebersamaan
biarlah kusunting menjadi pelajaran, tak kan kuulangi...
inilah aku yang tak kau kenal....

AKANKAH JADI NYATA
Menikmati anugerah ilahi
deras menghujam bumi
membasahi meresap menutup dahaga tanah & bebatuan
akan kehidupan yang akan menjelang

Hanya dingin yang tertinggal
meringkuk dalam keheningan senja
meresapi yang lama kan tergapai
gelisah
gulana

Menanti Lembayung di wajah  ceria
kepalsuan jadi nyata

LUPA BIASA BAGAIMANA DENGAN TERPAKSA MELUPAKAN

Lupa dan Melupakan


Salah satu ungkapan yang sering kita dengar atau bisa jadi sering kita ucapkan adalah bahwa manusia tidak luput dari salah dan lupa. Namun ungkapan semacam itu tidak boleh membuat manusia merasa wajar-wajar saja bila melakukan kesalahan dan menjadikan lupa sebagai alasan yang wajar bila tidak melakukan sesuatu yang semestinya dilakukan atau tidak meninggalkan sesuatu yang semestinya ditinggalkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kenyataan menunjukkan bahwa begitu banyak manusia yang menjadikan kata lupa sebagai alasan bila ia tidak melakukan apa yang semestinya dilakukan dan orang lain yang dirugikanpun tidak bisa mempersoalkannya bahkan terpaksa memakluminya. Dalam konteks inilah seharusnya seseorang berlaku jujur sehingga bila ia memang sebenarnya lalai seharusnya mengakui saja kelalaiannya itu.
Di dalam Al Qur’an Allah swt mengemukakan kata lupa dalam berbagai bentuknya yang berkaitan dengan manusia, ini harus mendapat perhatian kita semua agar kita tidak termasuk orang yang melupakan apa yang semestinya selalu kita ingat sehingga tidak ada alasan yang bisa diterima oleh Allah swt dalam kehidupan di akhirat nanti.
   Lupa Pada Diri Sendiri
Persoalan pokok soal lupa pada diri manusia adalah lupa kepada dirinya sendiri, yakni tidak melakukan kebaikan padahal kebaikan itu ia perintahkan kepada orang lain apalagi pada keluarganya sendiri, ini berarti, ia sudah memahami masalah kebaikan yang bersumber dari wahyu yang datang dari Allah swt. Di dalam Al Qur’an, Allah swt berfirman: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (QS Al-Baqarah/2:44).
Kepada orang yang melupakan dirinya sendiri dalam arti hanya memerintahkan orang lain melakukan kebaikan sedangkan ia justeru melakukan yang sebaliknya, maka terdapat hadits yang mengemukakan hukuman yang bakal diterima oleh orang yang demikian, dalam hadits riwayat Ibnu Hibban seperti yang dikutif oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dikemukakan apa yang diperlihatkan kepada Rasulullah saw dalam perjalanan Isra dan Mi’raj, hadits tersebut artinya: “Di malam aku diisra’kan, aku bersua dengan orang-orang yang bibir dan lidah mereka digunting dengan gunting-gunting dari api, lalu aku bertanya: “siapakah mereka itu wahai Jibril?”. Jibril menjawab: “Mereka adalah para khatib (penceramah) umatmu yang memerintahkan kepada orang lain untuk melakukan ketaatan, sedangkan mereka melupakan diri mereka sendiri”.
Orang yang lupa pada diri sendiri bukan hanya orang yang memerintahkan kebaikan tapi tidak melakukan kebaikan itu bahkan melakukan yang amat bertentangan dengan kebaikan, namun orang yang lupa pada diri sendiri adalah orang yang melupakan hakikat keberadaan dirinya untuk beramal shaleh dan mengabdi kepada Allah swt dengan penuh keikhlasan. Allah swt berfirman: Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS Al-Hasyr/59:19).
Ayat ini ditafsirkan oleh M. Quraish Shihab bahwa lupa kepada diri sendiri adalah tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat buat diri mereka sendiri, baik karena tidak melakukannya sejak semula atau karena melakukannya tetapi disertai dengan pamrih dan ingin dipuji.  Mereka itu yang sungguh jauh dari dari segala macam keberuntungan, merekalah yang merupakan orang yang fasik, yang telah keluar secara mantap dari koridor ajaran agama.
Dengan demikian, orang yang lupa adalah orang yang mengabaikan posisi dirinya, lupa bila ia sebenarnya suami bagi isteri yang harus menunjukkan tanggungjawab, lupa sebagai isteri bagi suami yang harus mengurus rumah tangga, lupa orang tua terhadap anak yang harusa menyayangi dan mendidiknya, lupa sebagai anak terhadap orang tua yang harus menghormati dan mentaatinya sampai lupa seorang pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya yang harus memberikan pelayanan yang terbaik, bukan malah mau dilayani, begitulah seterusnya. 



BISNIS ONLINE




Perkembangan dunia internet semakin tidak terbendung lagi sudah masuk ke hampirsemua lapisan masyarakat di dunia ini, internet sudah merupakan bagian dari kebutuhan hidupdan “makanan sehari-hari”. Begitupun dengan perkembangan bisnis melalui media internet,merupakan lahan yang begitu potensial karena populasi pengguna internet yang semakinmeledak dari hari ke hari.
Dinamika bisnis internet di negara-negara yang lebih maju sudah menjadi lahan yangbegitu produktif, lahan yang jadi bagian terpenting untuk menghasilkan profit. Bagaimanadengan di Indonesia? Tidak demikian halnya perkembangan bisnis internet di Indonesia,meskipun populasi pengguna internet di Indonesia merupakan salah-satu yang terbesar dikawasan Asia, tapi penggunaan media internet masih banyak yang belum dioptimalkan dandijadikan lahan usaha yang potensial. 
Kenapa bisa seperti itu?
Ada beberapa hal yang bisa saya catat selama ini yaitu:
1. Kurikulum pendidikan kita masih menerapkan bahwa dengan sekolah hanya untuk mencarikerja bukanuntuk menciptakan peluang dan lapangan kerja. Sehingga banyak yang berfikir lebihbaik cari kerja yang jelas saja daripada sesuatu yang ga jelas, secara tidak langsung bahwapotensi bisnis melalui media internet dianggap sebelah mata.
2. Masih ada anggapan bahwa Bisnis melalui media internet merupakan bentuk penipuan gayamodern yang terorganisir, (wuiihh.. seremm amatlol ini hanya asumsi saya berdasarkanpengamatan, bukan merupakan kesimpulan), sehingga menyurutkan langkah calon pelaku untukmemulai terjun ke bisnis internet.
3. Masih ada segelintir para pelaku bisnis di internet yang menganut faham “take n run” ataukalo boleh saya mengadopsi bahasa sepakbola yaitu kick n rush, hanya untuk kepentingan sesaat,seperti dengan cara-cara penyampaian bahasa marketing yang begitu bombastis dengan hasilyang bombastis tanpa memberitahukan bagaimana sebuah proses tersebut dilakukan untukmencapainya, sehingga tidak memberikan nilai edukasi dan pemahaman yang baik bagi calonpelaku bisnis internet(newbie) dan akhirnya mempunyai asumsi seperti point ke 2.
4. Sebagian masyarakat kita masih menganggap bahwa bisnis melalui media internet untukorang-orang yang mengerti tentang IT, padahal sebetulnya tidak juga, malah banyak para pelakubisnis internet yang sukses yang bukan dari latar belakang Teknik Informasi.
Ada beberapa tips sederhana dari saya supaya jangan menyurutkan langkah untuk para
pemula yang mau terjun ke dunia bisnis internet:
1. Mulailah dari sekarang dari yang anda tahu, jangan sampai anda ketinggalan start, ketikaorang lain mulai berbondong-bondong memanfaatkan media internet anda hanya bisa melihatdan menyesal.
2. Jangan takut untuk memulai karena takut salah, anda bisa lihat blog ini, banyak kesalahanyang begitu mendasar yang saya lakukan ketika memulai aktivitas blogging seperti:
* Tidak tahu cara mencantumkan link sumber artikel
* Banyak menggunakan istilah yang salah.
* Dan masih banyak kesalahan yang lainnya yang mungkin sampai sekarang belum disadarikarena belum tahu loh.Tapi hal itu tidak menyurutkan langkah saya untuk terus berbagi informasi dan memonetize blog ini.
3. Apabila anda mau belajar bisnis internet, belajarlah dari sumber-sumber terpercaya, biasanya sumber terpercaya tersebut selalu mencantumkan identitas diri yang jelas dan alamat kontak yang bisa dihubungi. saya selalu mendo’akan semua orang yang mau  bisa sukses dalam menerapkan semua pembelajaran ini dan benar-benar sukses juga mendapatkan profit yang maximal.

JANJI AKAN MEMBERATKANMU

Menepati Janji

Saudaraku yang baik, alangkah berbahagia bagi mereka yang selalu tepat dalam setiap janji yang diucapkan. Janji itu sejenis sumpah, dan sumpah itu adalah hutang yang akan terbawa mati. Janji-jani yang dikhianati akan menjadi beban berat yang akan dipikul di di dunia ini maupun kelak diakhirat.

Siapapun yang berjanji selain janji untuk berbuat maksiat maka janji itu harus benar-benar diperjuangkan mati-matian untuk ditepati. Kita harus rela berkorban demi janji ini ditepati. Karena kesanggupan menepati janji adalah bukti kemuliaan akhlak seseorang.

Oleh karena itu berhati-hatilah dengan janji atau sumpah. Terutama sangat diingatkan bagi para pedagang yang suka meringankan sumpah dan janji agar dagangannya laku. Juga bagi para bos yang kadang dengan spontan memberikan janji-janji pada karyawannya, amun kemudian mereka melupakan begitu saja janji-janjinya itu. Para pemimpin yang pada saat kampanye dulu banyak mengobral janji-janjinya, namun apa yang mereka janjikan itu tidak lebih dari kedustaan untuk memperdaya banyak orang.

Bagi pelakunya, mungkin saja janji-janji itu tidak bernilai. Seringan dia berkata seringan itu dia berjanji. Namun bagi mereka yang mendengar, janji-janji itu akan selalu terngiang-ngiang dan ada gejolak di hatinya untuk menagih janji itu. Jangan berjanji jika hanya ingin meninggalkan berjuta sakit hati di dada manusia. Percayalah andaikata di dunia ini ada janji yang tak ditepati, hal itu sudah cukup untuk menjatuhkan wibawa dan kepercayaan orang lain. Ketika kita berjanji lagi maka orang pun akan serta merta meragukannya. Belum lagi diakhirat kelak, kita akan dituntut karena melalaikan janji yang telah diucap.

Dalam al-Quran kita diingatkan, "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji kalian (QS al-Maaidah [5]:1). Jika janji adalah seringan perkataan, tentu kita tidak diwanti-wanti untuk berhati-hati saat menyampaikannya.

Dan janji yang paling berat adalah ketika sudah melibatkan nama Allah. Janji atau sumpah seperti ini jauh lebih besar konsekuensinya. "Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji (kepada-Nya) dan janganlah kalian membatalkan janji itu sesudah meneguhkannya, sedang kalian telah menjadikan Allah sebagai Saksi kalian (atas sumpah-sumpahnya itu). Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kalian kerjakan (QS an-Nahl [16]:19).

Janji atau sumpah yang tak wajib ditunaikan adalah janji akan mendatangkan kerusakan, kemaksiatan, atau memutuskan silaturrahmi. Janji seperti ini jika dibatalkan akan mendatangkan kebaikan, maka segeralah batalkan. Jika janji dibuat untuk ditujukan berbuat kemungkaran maka janji itu sudah batal sejak pertama dibuatnya. Pepatah bijak berkata,  Karena nila setitik rusak susu sebelanga. Begitulah, tiap kebaikan yang kita lakukan akan membuat hancur kepercayaan orang hanya karena kita telah berjanji dan tidak menepatinya. Kita berharap setiap janji yang kita ucapkan benar-benar tepat dan tidak merugikan orang lain dan terutama tidak merugikan diri sendiri. Yakinilah bahwa setiap patah kata dan janji yang kita ucapkan Allah SWT akan mengetahuinya. Wallhualam.



pelajaran barharga
JANGAN PERNAH BERJANJI JIKA SEKIRA TAK AKAN MAMPU MENEPATI
SENGAJA MEMAKSAKAN UNTUK MENEPATI JANJI YG SEMU SAMA DENGAN MEMBOHONGI DIRI
HATI HATI DENGAN JANJI KARENA JANJI AKAN MEMBERATKANMU SEKARANG & KELAK.

KBK Pujon Kidul GEMAR MEMBACA

   Kios Baca Kita PUJON KIDUL

MARI BERSAMA GEMAR MEMBACA.  Sungguh slogan yg menakjubkan.


Caffe-Sawah-Desa-Wisata-Pujon-Kidul.jpg

   Slogan yang tertulis di dinding  KBK pujon kidul  itu seakan mampu menggugah minat dari anak-anak untuk tertarik dan menjadi gemar membaca.
  Terbukti semenjak Kios Baca Kita di buka dengan Motto & Slogan: " AYO BERSAMA GEMAR MEMBACA - DENGAN MEMBACA KITA MENJADI PANDAI" hampir tiap hari tak pernah sepi dari anak-anak yg datang dengan tujuan ingin membaca untuk mengisi waktu luangnya, dan buku hadirpun selalu penuh dengan nama-nama & tanda tangan.


Caffe-Sawah-Desa-Wisata-Pujon-Kidul.jpg

Membaca adalah salah satu tindakan langkah awal untuk memahami sesuatu, dalam otak kita, semakin banyak informasi yang masuk bukannya menjadi semakin penuh dan tidak bisa digunakan lagi, namun otak akan semakin prima dan kreatif seiiring banjirnya informasi yang masuk. Jadi, sangatlah rugi jika kita tak pernah menyempatkan waktu untuk membaca beberapa artikel, novel, jurnal ilmiah,sejarah atau sebuah puisi sekalipun.
Bagaimana dengan saya,,?? Apakah seorang yang gemar membaca juga,,?? Bisa dibilang demikian, namun bukanlah orang yang kuat membaca. hhhhee...Sering sekali membaca buku hanya pada bagian yang saya rasa menarik saja. Tapi kenyataannya, saya memang sangat gemar membaca apapun, setiap ilmu baru yang
Caffe-Sawah-Desa-Wisata-Pujon-Kidul.jpg

Caffe-Sawah-Desa-Wisata-Pujon-Kidul.jpg
Menuju sebuah realitas yang ada, tak dipungkiri bahwa kemauan dan kemampuan membaca masyarakat kita saat ini masihlah bernilai rendah/minim. Tak menyalahkan pribadi individu sepenuhnya, karena memang sistem yang ada juga kurang begitu mendukung. Minimnya jumlah buku, kurang menariknya tampilan buku yang ada, tidak begitu tersosialisasikannya bahwa membaca itu penting dan harus ditanamkan/dibiasakan sejak kecil.
kenapa..? sangat buanyak sekali manfaatnya, pokokoke.


Saya sendiri sudah sangat gemar membaca sedari kecil, seakan apapun yg ingin saya ketahui / ingin saya tiru saya selalu bertanya dan mencari dalam buku kala itu. kebiasaan itu terbawa hinga saya dewasa hampir majala, buku pengetahuan.dll pernah saya koleksi. hoby banget saya membaca apalagi terhadap bacaan / pengetahuan baru.

Membaca bagi saya amatlah penting, karena pepatah mengatakan " Buku adalah gudangnya ilmu, kalau ingin kaya ilmu maka perbanyaklah membaca ilmu." bukankah wahyu yg pertama di turunkan Alloh S.W.T pada junjungan kita Rosulullohi sholallohu 'alaihiwassalam adalah IQRO' yang artinya Bacalah..!!!
 '' Dengan Membaca Pengetahuan Jadi Tambah
 '' Dengan Membaca Kebodohan Akan Menjadi Musnah
 '' Dengan Membaca Kita Hiasan Ilmu yg Indah
dan juga ilmu yg belum orang lain mengetahuinya.

Begitulah, membaca ini saya temukan hikmah dan nikmatnya seiring dengan perkembangan diri, maka inilah yang ingin saya serukan,“MARI BERSAMA GEMAR MEMBACA” untuk menggapai masa depan & bangsa yang lebih baik,,
Salam semangat selalu, arek-arek singa praja pujon kidul.




            www.x-movispujonkidul.com/ www.singapraja@facebook.com 

PENTINGNYA ARSIP & DOKUMENTASI

PERLUNYA ARSIP & DOKUMENTASI


Postingan ini hanyalah sekedar sharing kepada pembaca, betapa  pentingnya sebuah dokumen yang pernah kita dapatkan tatkala beraktivitas sehari-hari atau berorganisasi. Dimanapun dan kapanpun. Untuk diarsip dalam almari dokumen rumah kita.
 Dokumen yang kita dapatkan hari ini, dapat menjadi sebuah kisah nostalgia penting, misalnya, untuk 10 tahun ke depan. Selembar foto  masa SD atau video tamasya yang pembaca miliki, misalnya, mungkin kesannya biasa-biasa saja. Namun ia akan menjadi dokumen foto bersejarah 10 tahun kemudian tatkala umpamanya  10 orang dari 20 orang yang terpampang di foto menjadi tokoh nasional di kemudian hari. Ada banyak cerita yang bisa kita kisahkan hanya dari selembar foto / selintas rekaman video itu.
Arsip-mengarsip dokumen pribadi sesungguhnya menyangkut kegemaran atau hobby. Seperti halnya ada orang yang punya hobby mengoleksi piringan hitam jadul, perangko, buku-buku langka, kaset lama dan lain-lain.
Namun hobby arsip-mengarsip dokumen bukan sembarang hobby. Ia merupakan hobby dari kesadaran mendalam (telah terpikir dan terencana) bahwa dari hobby-nya itu akan mempunyai nilai penting bagi kehidupannya di masa depan. Yakni sesuatu yang bernilai historis. Tidak peduli oleh arti kehadiran si pengarsip dokumen di masa hidupnya atau peran yang dimainkannya.
Bila kita orang biasa-biasa saja, tetap dokumen-dokumen yang kita miliki suatu saat bisa dibuat “buku memoar khusus” untuk konsumsi anak, cucu, menantu dan kerabat dekat. Setidaknya dengan buku khusus itu, kita dapat mentransfer pengalaman dan nilai kepada generasi sesudahnya.
Namun bila kita merasa punya peran yang cukup berarti bagi masyarakat dan bangsa serta dianggap tokoh oleh lingkungan sekitar, dari dokumen-dokumen itu bisa kita buat otobiografi. Bila kita tidak bisa menuliskan sendiri, memakai jasa ketrampilan menulis orang lain, jadilah sebuah biografi. Bukan untuk membangga-banggakan diri sendiri, melainkan otobiografi atau biografi itu memiliki misi sebagai pelajaran dan suri tauladan bagi pembacanya.
Mustahil seseorang membuat memoar dalam bentuk otobiografi atau biografi hanya dengan mengandalkan ingatan belaka. Tetap akan dibutuhkan dokumen-dokumen pribadi yang kita simpan rapi di rumah sendiri.
Lantas apa saja bentuk-bentuk dokumen yang saya maksudkan itu? Pada dasarnya semua hal menyangkut bahan-bahan tertulis atau cetakan bisa kita kategorikan sebagai dokumen. Antara lain: diary (catatan harian), foto, catatan rapat, daftar hadir, surat keputusan (SK), piagam penghargaan, piagam pelatihan, raport, ijazah, buku, surat-surat masuk dan keluar (pribadi atau organisasi), record video kliping majalah, kliping koran, postingan di website atau website itu sendiri dan lain sebagainya. Atau sekedar undangan perkawinan dan undangan sunatan teman!
Di luar dokumen tertulis, benda-benda yang memiliki sejarah yang berkait erat dengan dokomen tertulis juga wajib dikoleksi. Misalnya: medali, tanda jasa, piala atau tropy kejuaraan, cinderamata dan sebagainya.
Di atas telah saya singgung beberapa jenis dokumen tertulis,  antara lain undangan perkawinan dan undangan sunatan. Pembaca barangkali tersenyum atau bertanya-tanya seberapa penting dokumen tertulis itu?
Hal ini tergantung pembaca menganggap penting atau tidaknya jenis dokumen semacam itu. 
di rumah saya punya dokumentasi mulai dari moment acara, pernikahan, hiburan dll yg ada di desa saya.
yg kesemuanya itu belum tentu mereka-mereka memilikinya, tetap saya simpan dengan baik saya yakin suatu saat akan ada nilai & manfaatnya.
Jadi arsip yang kita miliki, kadangkala berfungsi sebagai “tanda pengingat” bagi pribadi yang kita tulis. Entah kita kirim melalui sms, sepucuk surat/email pribadi, situs jejaring sosial, ditulis dalam blog atau media penyampaian informasi lainnya. Ini bisa menjadi kejutan bagi seseorang, sebagai bentuk perhatian yang tulus dan apa adanya….
Berpijak dari bincang-bincang ringan ini, sudahkah pembaca dari sekarang membiasakan arsip-mengarsip dokumen pribadi itu? Hal-hal lain yang terkait dengan postingan rintisan ini,  kami mohon masukan-masukan dari pembaca blog. Terima kasih.

CATATAN KECIL

CATATAN KECIL 

Oleh : sang photocuper

Cuma hasil dari proses kognitif dan afektif saya hehe, kalo ada yang sesuai silahkan ambil~
1. Dari setiap orang pasti ada saja kebaikan yang bisa kita pelajari, so jangan menganggap diri paling baik dan benar. Dengarkan berkali-kali, pahami, bicara sekali.
2. Katakan hanya apa yang ada, jauhi peran yg belum kenyataan. “Orang cerdas itu orang yang berkata apa adanya bersukur dan siap untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
3. Jangan terikat dengan apa yang kita miliki, ingin sesuatu itu wajar, perlu sesuatu itu wajar banget, tapi jangan sampai “sesuatu” membuat kita lupa diri, dan membuat kita jauh dari kebaikan. “Jangan sampai kita dimiliki oleh apa yang kita miliki”
4. Orang yang bener/baik bukan orang yang tidak bisa marah, tidak bisa senang, atau tidak bisa galau, tapi adalah orang yang mampu mengendalikan (rasa) atau catatan-catatan tersebut dengan baik, tahu kapan harus marah, bagaimana mengatasi galau, bagaimana jangan sampai lupa diri dikala senang.
5. Anak kecil kurang baik jika hanya diajarkan ttg apa yang benar dan salah, lebih baik ajari dia bagaimana CARA membedakan mana yang benar dan salah, karena akan ada suatu fase dimana ia akan mencari tahu tetang kebenaran dan jati diri, ia akan mempertanyakan mengapa ini benar atau mengapa ini salah. Jadi hati-hati dalam mendidik seorang anak .                                   pengalaman

Bercermin Diri

Dalam keseharian kehidupan kita, begitu sangat sering dan nikmatnya ketika kita bercermin. Tidak pernah bosan barang sekalipun padahal wajah yang kita tatap itu-itu juga, aneh bukan?! Bahkan hampir pada setiap kesempatan yang memungkinkan kita selalu menyempatkan diri untuk bercermin. Mengapa demikian? Sebabnya kurang lebih karena kita ingin selalu berpenampilan baik, bahkan sempurna. Kita sangat tidak ingin berpenampilan mengecewakan, apalagi kusut dan acak-acakan tak karuan.
Sebabnya penampilan kita adalah juga cermin pribadi kita. Orang yang necis, rapih, dan bersih maka pribadinya lebih memungkinkan untuk bersih dan rapih pula. Sebaliknya orang yang penampilannya kucel, kumal, dan acak-acakan maka kurang lebih seperti itulah pribadinya.
Tentu saja penampilan yang necis dan rapih itu menjadi kebaikan sepanjang niat dan caranya benar. Niat agar orang lain tidak terganggu dan terkecewakan, niat agar orang lain tidak berprasangka buruk, atau juga niat agar orang lain senang dan nyaman dengan penampilan kita.
Dan ALLAH suka dengan penampilan yang indah dan rapih sebagaimana sabda Nabi Muhammad S.A.W , "Innallaha jamiilun yuhibbul jamaal", "Sesungguhnya ALLAH itu indah dan menyukai keindahan". Yang harus dihindari adalah niat agar orang lain terpesona, tergiur, yang berujung orang lain menjadi terkecoh, bahkan kemudian menjadi tergelincir baik hati atau napsunya, naudzhubillah. Tapi harap diketahui, bahwa selama ini kita baru sibuk bercermin "topeng" belaka. Topeng "make up" , seragam, jas, dasi, sorban, atau asesoris lainnya,. Sungguh, kita baru sibuk dengan topeng, namun tanpa disadari kita sudah ditipu dan diperbudak oleh topeng buatan sendiri.
Kita sangat ingin orang lain menganggap diri ini lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Ingin tampak lebih pandai, lebih gagah, lebih cantik, lebih kaya, lebih sholeh, lebih suci dan aneka kelebihan lainnya. Yang pada akhirnya selain harus bersusah payah agar topeng ini tetap melekat, kita pun akan dilanda tegang dan was-was takut topeng kita terbuka, yang berakibat orang tahu siapa kita yang aslinya. Tentu saja tindakan tersebut, tidak sepenuhnya salah. Karena membeberkan aib diri yang telah ditutupi ALLAH selama ini, adalah perbuatan salah. Yang terpenting adalah diri kita jangan sampai terlena dan tertipu oleh topeng sendiri, sehingga kita tidak mengenal diri yang sebenarnya, terkecoh oleh penampilan luar. Oleh karena itu marilah kita jadikan saat bercermin tidak hanya "Topeng" yang kita amat-amati, tapi yang terpenting adalah bagaimana isinya, yaitu diri kita sendiri.
Mulailah amati wajah kita seraya bertanya, "Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya bersinar indah di surga sana ataukah wajah ini yang akan hangus legam terbakar dalam bara jahannam?"
Lalu tatap mata kita, seraya bertanya, "Apakah mata ini yang kelak dapat menatap penuh kelezatan dan kerinduan, menatap ALLAH Yang Mahaagung, menatap keindahan surga, menatap Rasulullah, menatap para Nabi, menatap kekasih-kekasih ALLAH kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai, meleleh ditusuk baja membara? Akankah mata terlibat maksiat ini akan menyelamatkan? Wahai mata apa gerangan yang kau tatap selama ini?"
Lalu tataplah mulut ini, "Apakah mulut ini yang di akhir hayat nanti dapat menyebut kalimat thoyibah, "laillahailallah", ataukah akan menjadi mulut berbusa yang akan menjulur dan di akherat akan memakan buah zakun yang getir menghanguskan dan menghancurkan setiap usus serta menjadi peminum lahar dan nanah? Saking terlalu banyaknya dusta, ghibah, dan fitnah serta orang yang terluka dengan mulut kita ini!"
"Wahai mulut apa gerangan yang kau ucapkan? Wahai mulut yang malang betapa banyak dusta yang engkau ucapkan.
Betapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Berapa banyak kata-kata manis semanis madu palsu yang engkau ucapkan untuk menipu beberapa orang? Betapa jarangnya engkau jujur? Betapa jarangnya engkau menyebut nama ALLAH dengan tulus? Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar ALLAH mengampuni?"
Lalu tataplah diri kita tanyalah, "Hai kamu ini anak sholeh atau anak durjana, apa saja yang telah kamu peras dari orang tuamu selama ini dan apa yang telah engkau berikan? Selain menyakiti, membebani, dan menyusahkannya. Tidak tahukah engkau betapa sesungguhnya engkau adalah makhluk tiada tahu balas budi!
"Wahai tubuh, apakah engkau yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar membara jahannam terasang tanpa ampun derita tiada akhir"
"Wahai tubuh, berapa banyak maksiat yang engkau lakukan? Berapa banyak orang-orang yang engkau dzhalimi dengan tubuhmu? Berapa banyak hamba-hamba ALLAH yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu? Berapa banyak perindu pertolonganmu yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu? Berapa pula hak-hak yang engkau napas?"
"Wahai tubuh, seperti apa gerangan isi hatimu?Apakah tubuhmu sebagus kata-katamu atau malah sekelam daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu atau selemah atau selemah daun-daun yang mudah rontok?
Apakah hatimu seindah penampilanmu atau malah sebusuk kotoran-kotaranmu?"
Lalu ingatlah amal-amal kita, "Hai tubuh apakah kau ini makhluk mulia atau menjijikan, berapa banyak aib-aib nista yang engkau sembunyikan dibalik penampilanmu ini?" "Apakah engkau ini dermawan atau sipelit yang menyebalkan?" Berapa banyak uang yang engkau nafkahkan dan bandingkan dengan yang engkau gunakan untuk selera rendah hawa nafsumu".
"Apakah engkau ini sholeh atau sholehah seperti yang engkau tampakkan?
Khusukkah shalatmu, dzikirmu, doamu, .ikhlaskah engkau lakukan semua itu?
Jujurlah hai tubuh yang malang! Ataukah menjadi makhluk riya tukang pamer!"
Sungguh betapa beda antara yang nampak di cermin dengan apa yang tersembunyi, betapa kita telah tertipu oleh topeng? Betapa yang kita lihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus topeng-topeng duniawi"
Wahai sahabat-sahabat sekalian, sesungguhnya saat bercermin adalah saat yang tepat agar kita dapat mengenal dan menangisi diri ini.
mari kita renungkan semuanya.

BOLEH BANGGA

‘Ujub secara bahasa adalah membanggakan (mengherankan) diri dalam  (bathin), sedangkan dalam istilah diartikan memastikan (wajib) keselamatan badan dari siksa akhirat.  ‘Ujub termasuk dalam kategori dosa giedhe,  dimana dalam hatinya bercongkol suatu sifat yang dapat menghilangkan kekuasaan Allah, termasuk dalam segala perbuatan yang telah Allah ciptakan (sifat baik dan buruk), maka dari itu Allah berfirman dalam surah Al-A’raf  ayat 99:
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka Apakah mereka merasa aman dari  azab Alloh(yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi”.
Dari pemaparan diatas dapat kita fahami bahwa ‘ujub yaitu suatu sikap membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu berlebihan kepada kemampuan diri dalam hal menghindar dari siksa neraka. Sikap ini tercermin pada rasa tinggi diri  dalam bidang keilmuan, amal perbuatan ataupun kesempurnaan moral. Sehingga sampai pada sebuah kesimpulan sudah tidak memperdulikan bahwa sebenarnya Allah-lah yang membuat kebaikan ataupun keburukan, serta Dia-lah yang melimpahkan kenikmatan yang nyata.
Maka dari itu, Allah kembali mengingatkan kepada orang-orang yang beriman mengenai sifat ‘ujub ini dalam surah Al-An’am ayat 82:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Pendapat Syaikh Ahmad Rifai seiring dengan hadith Nabi SAW yang diriwatakan oleh Imam Tabrani, sebagaimana yang telah di kutip oleh Imam al-Ghazali, yaitu:
“Tiga perkara yang membinasakan yaitu: kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman(takjub) seseorang kepada dirinya sendiri (‘Ujub)”.
Salah seorang ahli hikmah berkata: “Ada seorang yang terkena penyakit ‘ujub, akhirnya ia tergelincir dalam kesalahan karena terlalu ujub terhadap dirinya sendiri. Ada sebuah pelajaran yang dapat kita ambil dari orang itu, ketika ia berusaha jual mahal dengan kemampuan dirinya, maka Imam Syafi’i pun membantahnya seraya berseru di hadapan khalayak ramai: “Barangsiapa yang mengangkat-angkat diri sendiri secara berlebihan, niscaya Allah SWT akan menjatuhkan martabatnya.”
Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa yang dilakukannya serta menganggapnya bagai angin lalu. Nabi SAW telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah hadist: “Orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dengan santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung yang siap menimpanya.” (HR. Al-Bukhari)
Bisyr Al-Hafi menjelaskan ‘ujub sebagai berikut: “ Menganggap hanya amalanmu saja yang banyak dan memandang remeh amalan orang lain.”
Sufyan Ats-Tsauri meringkas makna ‘ujub sebagai berikut: “Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih wara’ dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya”.
Al-Fudhail bin Iyadh berkata:
إذْظَفَرَ اِبْلِيْسُ مِنْ اِبْنِ آدَمَ بِاِحْدَىْ ثَلاَثٍ خِصَالٍ قَالَ: لاَأطْلُبُ غَيْرَهَا: إعْجَابُهُ بِنَفْسِهِ،
وَاسْتِكْثَارُهُ عَمَلَهُ، وَنِسْيَانُهُ ذُنُوْبَهُ
“Iblis jika ia dapat melumpuhkan bani Adam dengan salah satu dari tiga perkara ini: ‘ujub terhadap diri sendiri, menganggap amalnya sudah banyak dan lupa terhadap dosa-dosanya. Dia (Iblis) berkata: “Saya tidak akan mencari cara lain.” Semua perkara di atas adalah sumber kebinasaan. Berapa banyak lentera yang padam karena tiupan angin? Berapa banyak ibadah yang rusak karena penyakit ‘ujub?
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa seorang lelaki berkata: “Allah tidak akan mengampuni si Fulan! Maka AllahSWT berfirman: “Siapakah yang lancang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni Fulan?! Sungguh Aku telah mengampuninya dan menghapus amalanmu!” (HR. Muslim)
Lebih jauh, Syaikh Ahmad Rifa’I menukil dari pendapat Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulum al-Diin, Jilid III halaman 390-391, yaitu:
وَحَقِيْقَةُ الْعُجْبِ تَكَبُّرٌ يَحْصُلُ فِى الْبَاطِنِ بِتَحَيُّلِ كَمَالٍ مِنْ عِلْمٍ وَعَمَلٍ , فَإِنْ كَانَ خَائِفًا عَلَى زَوَالِهِ فَهُوَ غَيْرُ مُعْجِبٍ . وَإِنْ كَانَ يَفْرَحُ بِكَوْنِهِ نِعْمَةً مِنَ اللهِ فَهُوَ لَيْسَ مُعْجِبًا بَلْ هُوَ مَسْرُوْرٌ بِفَضْلِ اللهِ, وَإِنْ كَانَ نَاظِرًا إِلَيْهِ مِنْ حَيْثُ هُوَ صِفَةٌ غَيْرَ مُلْتَفِتٍ إِلَى إِمْكَانِ الزَّوَالِ وَلَا إِلَى الْمُنْعِمِ بِهِ إِلَى صِفَةِ نَفْسِهِ فَهَذَا الْعُجْبُ وَهُوَ مِنَ الْمُهْلِكَاتِ وَعِلاَجُهُ أَنْ يَتَأَمَّلَ فِى الْعَاقِبَةِ, وَأَنَّ بَلْعَامَ كَيْفَ خُتِمَ بِالْكُفْرِ وَكَذَلِكَ إِبْلِيْسَ, فَمَنْ تَأَمَّلَ فِى إِمْكَانِ سُوْءِ الْخَاتِمَةِ وَإِنَّهُ مُمْكِنٌ فَلاَ يَعْجُبُ بِشَيْئٍ مِنْ صِفَاتِهِ .
“Bahwa hakikat ‘ujub adalah kesombongan yang terjadi dalam diri seseorang karena menganggap adanya kesempurnaan amal dan ilmunya. Apabila seseorang merasa takut kesempurnaan (ilmu dan amalnya), itu akan dicabut oleh Allah, maka berarti ia tidak bersifat ‘ujub.
Demikian juga apabila ia merasa gembira karena menganggap dan mengakui bahwa kesempurnaan merupakan suatu nikmat dan karunia Allah, maka ia juga bukan masuk ke dalam jenis ‘ujub.
Akan tetapi sebaliknya, apabila ia menganggap bahwa kesempurnaan itu sebagai sifat dirinya sendiri tanpa memikirkan tentang kemungkinan kesempurnaan itu lenyap, serta tidak pernah memikirkan siapa Sang pemberi kesempurnaan tersebut, maka inilah yang dinamakan ‘ujub. Sifat ini sangat membahayakan bagi setiap manusia, karena ia mengajak kepada lupa dosa-dosa yang telah dibuatnya dan mengesampingkan (acuh) terhadap dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Satu-satunya jalan untuk terhidar dari sifat ‘ujub ini, kita selalu mencoba mengingat kembali apa yang telah kita lakukan supaya cepat kembali ke pangkal jalan (insyaf), sebagaimana Ulama Bal’am dan Iblis La’natullah ‘alaih yang ibadahnya sudah mencapai ribuan tahun pun pengakhiran hidupnya dengan pengakhiran yang buruk (Su’u al-Khotimah), Karena, sifat ‘ujub menjadikan hati seorang mukmin menjadi ingkar akan segala nikmat yang telah Allah berikan padanya (kufr al-nikmat).
Supaya kita lebih memahami makna yang tersirat dari perkataan Imam al-Ghazali  di atas, para ulama ahli sufi dengan jelas memberikan suatu gambaran kepada kita, yaitu:
لَا تُفَرِّحْكَ الطَّاعَةُ لِأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنْكَ لِأَنَّهُ يُوْرِثُ الْعُجْبَ وَالْكِبْرَ وَإِهْمَالَ الشُّكْرِ
وَافْرَحْ بِهَا لِأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنَ اللهِ إِلَيْكَ قُلْ بِفَضْلِ اللهِ الْإِسْلاَمِ وَبِرَحْمَتِهِ الْقُرْأَنِ
فَبِذَالِكَ الْفَضْلُ وَالرَّحْمَةُ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ .
“Jangan sesekali merasa diri kita paling taat kepada-Nya, karena ia dapat membawa malapetaka, seperti menganggap diri kita yang paling mulya (‘ujub), takabbur kemudian lupa akan segala nikmat-nikmat-Nya. Dan merasa-lah dalam hati kita, bahwa ketaatan itu sejatinya merupakan pemberian Allah semata, dengan petunjuk-Nya telah memberikan satu karunia cahaya ke-Islam-an dan iman yang diridhai-Nya, dengan kasih sayang-Nya turunlah Al-Quran sebagai pedoman sehingga kita mampu membedakan mana yang hak dan yang bathil, dengan demikian, merasalah bergembira dalam hati atas segala anugerah yang telah Allah limpahkan kepada kita.”
Sebab-Sebab ‘Ujub:
1. Faktor Lingkungan dan Keturunan
Yaitu keluarga dan lingkungan tempat seseorang itu tumbuh. Seorang insan biasanya tumbuh sesuai dengan polesan tangan kedua orang tuanya. Ia akan menyerap kebiasaan-kebiasaan keduanya atau salah satunya yang positif maupun negatif, seperti sikap senang dipuji, selalu menganggap diri suci dan sebagainya.
2. Sanjungan dan Pujian yang Berlebihan
Sanjungan berlebihan tanpa memperhatikan etika agama dapat diidentikkan dengan penyembelihan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
وَيْحَكَ قَطَعْتَ عُنُقُ صَاحِبَكَ
“Celakalah engkau, engkau telah memotong leher sahabatmu”. (Muttafaq ‘alahi)
Seringkali kita temui sebagian orang yang terlalu berlebihan dalam memuji hingga seringkali membuat yang dipuji lupa diri. Pujian adalah fatamorgana yang dihajatkan oleh nafsu.
At-Tsauri berkata:
فَاِنْ لَمْ تَكُنْ مُعْجِبًا بِنَفْسِكَ فَإِيَّاكَ اَنْ تُحِبَّ مَحْمَدَةَ النَّاسِ وَمَحْمَدَتُهُمْ اَنْ تُحِبَّ اَنْ يُكَرِّمُوْكَ بِعَمَلِكَ، وَيَرَوْا لَكَ بِهِ شَرَفًا وَمَنْزِلَةً فِى صُدُوْرِهِمْ
“Apabila kamu sudah tidak ‘ujub pada diri, kamu juga mesti menjauhi sifat ‘suka dipuji’. Bukti bahwa kamu suka pujian orang adalah bahwa kamu ingin agar mereka menghormati kamu kerana sesuatu amal yang kamu lakukan dan supaya mereka mengetahui kemuliaan dan kedudukan kamu di hadapan mereka”.
Pujian ditujukan kepada kerja yang kita lakukan atau ucapan yang telah kita sampaikan. Orang memuji mempunyai tujuan tertentu, sedangkan kita sendiri mengetahui hakikat sebenarnya apa yang ada pada diri kita, tetapi kita lupa atau terpedaya.
Fudhail bin ‘Iyadh mengemukakan parameter supaya kita dapat mengukur dan mengetahui hakikat diri sendiri:
إِنَّ مِنْ عَلاَمَةِ الْمُنَافِقِ اَنْ يُحِبَّ الْمَدْحَ بِمَا لَيْسَ فِيْهِ،
وَيَكْرَهَ الذَّمِّ بِمَا فِيْهِ، وَيَبْغَضَ مَنْ يَبْصُرُهُ بِعُيُوْبِهِ
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda orang munafik adalah bahwa ingin mendapat pujian dengan perkara yang tidak ada padanya, sedangkan ia membenci terhadap celaan yang ada pada dirinya, dia marah kepada orang yang memandang berbagai kekurangan yang ada pada dirinya”.
3. Bergaul Dengan Orang yang Terkena Penyakit Ujub.
Tidak diragukan lagi bahwa setiap orang akan mengikuti tingkah laku temannya. Rasulullah SAW bersabda:
Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang jahat adalah seperti orang yang berteman dengan penjual minyak wangi dan pandai besi.” (HR. Bukhari Muslim)
Teman akan membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang.
4. Kufur Nikmat dan Lupa Kepada Allah SWT
Begitu banyak nikmat yang diterima seorang hamba, tetapi ia lupa kepada Allah SWT yang telah memberinya nikmatnya. Sehingga hal itu menggiringnya kepada penyakit ‘ujub, ia membanggakan dirinya yang sebenarnya tidak pantas untuk dibanggakan. Allah SWT telah menceritakan kepada kita kisah Qarun:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي …..
Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (Al-Qashash: 78)
5. Menangani Suatu Pekerjaan Sebelum Matang Dalam Menguasainya dan Belum Terbina Dengan Sempurna
Pada hari ini kita banyak mengeluhkan masalah yang telah banyak menimbulkan berbagai pelanggaran. Sekarang ini banyak kita temui orang-orang yang berlagak pintar persis seperti kata pepatah ‘sudah dipetik sebelum matang’. Berapa banyak orang yang menjadi korban dalam hal ini! Dan itu termasuk perbuatan sia-sia. Yang lebih parah lagi adalah seorang yang mencuat sebagai seorang ulama padahal ia tidak memiliki ilmu sama sekali. Lalu ia berkomentar tentang banyak permasalahan, yang terkadang ia sendiri jahil tentang hal itu. Namun ironinya terkadang kita turut menyokong hal tersebut. Yaitu dengan memperkenalkannya kepada khalayak umum. Padahal sekarang ini, masyarakat umum itu ibaratnya seperti orang yang menganggap emas seluruh yang berwarna kuning. Kadangkala mereka melihat seorang qari yang merdu bacaannya, atau seorang sastrawan yang lihai berpuisi atau yang lainnya, lalu secara membabi buta mereka mengambil segala sesuatu dari orang itu tanpa terkecuali meskipun orang itu mengelak seraya berkata: “Aku tidak tahu!”. Perlu diketahui bahwa bermain-main dengan sebuah pemikiran lebih berbahaya daripada bermain-main dengan api. Misalnya beberapa orang yang bersepakat untuk memunculkan salah satu di antara mereka menjadi tokoh yang terpandang di tengah-tengah kaumnya, kemudian mengadakan acara penobatannya dan membuat-buat gelar yang tiada terpikul oleh siapa pun. Niscaya pada suatu hari akan tersingkap kebobrokannya. Mengapa? Sebab perbuatan seperti itu berarti bermain-main dengan pemikiran. Sepintas lalu apa yang mereka ucapkan mungkin benar, namun lambat laun masyarakat akan tahu bahwa mereka telah tertipu!
6. Jahil dan Mengabaikan Hakikat Diri (Lupa Daratan)
Sekiranya seorang insan benar-benar merenungi dirinya, asal-muasal penciptaannya sampai tumbuh menjadi manusia sempurna, niscaya ia tidak akan terkena penyakit ‘ujub. Ia pasti meminta kepada Allah SWT agar dihindarkan dari penyakit ujub sejauh-jauhnya. Salah seorang penyair bertutur dalam sebuah syair yang ditujukan kepada orang-orang yang terbelenggu penyakit ujub:
Hai orang yang pongah dalam keangkuhannya.
Lihatlah tempat buang airmu, sebab kotoran itu selalu hina.
Sekiranya manusia merenungkan apa yang ada dalam perut mereka, niscaya tidak ada satupun orang yang akan menyombongkan dirinya, baik pemuda maupun orang tua.
Apakah ada anggota tubuh yang lebih dimuliakan selain kepala?
Namun demikian, lima macam kotoranlah yang keluar darinya!
Hidung beringus sementara telinga baunya tengik.
Tahi mata berselemak sementara dari mulut mengalir air liur.
Hai bani Adam yang berasal dari tanah, dan bakal dilahap tanah, tahanlah dirimu (dari kesombongan), karena engkau bakal menjadi santapan kelak.
Penyair ini mengingatkan kita pada asal muasal penciptaan manusia dan keadaan diri mereka serta kesudahan hidup mereka. Maka apakah yang mendorong mereka berlagak sombong? Pada awalnya ia berasal dari setetes mani hina, kemudian akan menjadi bangkai yang kotor sedangkan semasa hidupnya ke sana ke mari membawa kotoran.
7. Berbangga-bangga Dengan Nasab dan Keturunan
Seorang insan terkadang memandang mulia diri-nya karena darah biru yang mengalir di tubuhnya. Ia menganggap dirinya lebih utama dari si Fulan dan Fulan. Ia tidak mau mendatangi si Fulan sekalipun berkepentingan. Dan tidak mau mendengarkan ucapan si Fulan. Tidak ragu lagi, ini merupakan penyebab utama datangnya penyakit ‘ujub.
Dalam sebuah kisah pada zaman khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa ketika Jabalah bin Al-Aiham memeluk Islam, ia mengunjungi Bait Al-Haram. Sewaktu tengah melakukan thawaf, tanpa sengaja seorang Arab badui menginjak kainnya. Tatkala mengetahui seorang Arab badui telah menginjak kainnya, Jabalah langsung melayangkan tangannya memukul si Arab badui tadi hingga terluka hidungnya. Si Arab badui itu pun melapor kepada sayyidina Umar dan mengadukan tindakan Jabalah tadi. Umar  pun memanggil Jabalah lalu berkata kepadanya: “Engkau harus diqishash wahai Jabalah!” Jabalah membalas: “Apakah engkau menjatuhkan hukum qishash atasku? Aku ini seorang bangsawan sedangkan ia (Arab badui) orang pasaran!”
Umar menjawab: “Islam telah menyamaratakan antara kalian berdua di hadapan hukum!” Tidakkah engkau ketahui bahwa: Islam telah meninggikan derajat Salman seorang pemuda Parsi, dan menghinakan kedudukan Abu Lahab karena syirik yang dilakukannya. Ketika Jabalah tidak mendapatkan dalih untuk melepaskan diri dari hukuman, ia pun berkata: “Berikan aku waktu untuk berpikir!” Ternyata Jabalah melarikan diri pada malam hari. Diriwayatkan bahwa Jabalah ini akhirnya murtad dari agama Islam, lalu ia menyesali perbuatannya itu.
8. Berlebih-lebihan Dalam Memuliakan dan Menghormati
Barangkali inilah hikmahnya Rasul SAW melarang sahabat-sahabat beliau untuk berdiri menyambut beliau. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, Rasulullah bersabda:“Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri menyambutnya, maka bersiaplah dia untuk menempati tempatnya di Neraka.” (HR. At-Tirmidzi, beliau katakan: hadits ini hasan)
Dalam hadits lain Rasul bersabda:
Janganlah kamu berdiri menyambut seseorang seperti yang dilakukan orang Ajam (non Arab) sesama mereka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu)
9. Lengah Terhadap Akibat yang Timbul dari Penyakit ‘Ujub
Sekiranya seorang insan menyadari bahwa ia hanya menuai dosa dari penyakit ujub yang menjangkiti dirinya dan menyadari bahwa ‘ujub itu adalah sebuah pelanggaran, sedikitpun ia tidak akan kuasa bersikap ‘ujub. Apalagi jika ia merenungi sabda Rasul:”Sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari Kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasul, bukankah seseorang itu ingin agar baju yang dikenakannya bagus, sandal yang dipakainya juga bagus?”
Rasul menjawab: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan menyukai keindahan, hakikat sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.”
(HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Dampak ujub
1. Jatuh dalam jerat-jerat kesombongan, sebab ujub merupakan pintu menuju kesombongan.
2. Dijauhkan dari pertolongan Allah. sebagaimana firmannya:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Orang-orang yang berjihad (untuk mencari keri-dhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Al-Ankabut: 69)
3. Terpuruk dalam menghadapi berbagai krisis dan cobaan kehidupan.
Bila cobaan dan musibah datang menerpa, orang-orang yang terjangkiti penyakit ‘ujub akan berteriak: ‘Oh kawan, carilah keselamatan masing-masing!’ Berbeda halnya dengan orang-orang yang teguh di atas perintah Allah SWT, mereka tidak akan melanggar rambu-rambu, sebagaimana yang dituturkan Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu:
Siapakah yang mampu lari dari hari kematian?
Bukankah hari kematian hari yang telah ditetapkan?
Bila sesuatu yang belum ditetapkan, tentu aku dapat lari darinya.
Namun siapakah yang dapat menghindar dari takdir?
4. Dibenci dan dijauhi orang-orang. Tentu saja, seseorang akan diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Jika ia memperlakukan orang lain dengan baik, niscaya orang lain akan membalas lebih baik kepadanya.
Allah berfirman:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghor-matan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisa’: 86)
Namun seseorang kerap kali meremehkan orang lain, ia menganggap orang lain tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Tentu saja tidak ada orang yang senang kepadanya. Sebagaimana kata pepatah ‘Jika engkau menyepelekan orang lain, ingatlah! Orang lain juga akan menyepelekanmu’
5. Azab dan pembalasan cepat ataupun lambat. Se-orang yang terkena penyakit ujub pasti akan merasakan pembalasan atas sikapnya itu. Dalam hadits disebutkan:
Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaian yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia takjub pada dirinya sendiri, seketika Allah membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi sampai hari Kiamat.”
(HR. Al-Bukhari)
Hukuman ini dirasakannya di dunia akibat sifat ‘ujub. Seandainya ia lolos dari hukuman tersebut di dunia, yang jelas amalnya pasti terhapus. Dalilnya adalah hadits yang menceritakan tentang seorang yang bersumpah atas nama Allah bahwa si Fulan tidak akan diampuni, ternyata Allah SWT mengampuni si Fulan dan menghapus amalnya sendiri.
Dengan begitu kita harus berhati-hati dari sifat ‘ujub ini, dan hendaknya kita memberikan nasihat kepada orang-orang yang terkena penyakit ujub ini, yaitu orang-orang yang menganggap hebat amal mereka dan menyepelekan amal orang lain.
Penjelasan mengenai ‘ujub diatas mengandung muatan kritik terhadap 3 kalangan:
  1. Orang yang mengaku suci tetapi amaliyah syariatnya masih banyak kekurangan. Mereka berbicara tentang upaya membersihkan hati namun masih belum sah dalam melaksanakan shalat (dengan tidak mengetahui syarat-rukun dan batal dalam urusan shalat).
  2. Orang yang mengaku alim padahal belum sah iman dan shalatnya. Dalam dirinya merasa paling benar sedangkan sebenarnya dia mengikut kehendak syaitan dengan melakukan tindakan ‘ujub  serta takabbur tetapi tidak diketahuinya.
  3. Guru yang munafik yaitu orang-orang yang sebenarnya bodoh tetapi karena takabbur dia mengaku menjadi guru.
mudah-mudahan Allah jauhkan kita daripada sifat ini, Amin.