MEMBACA TENTANG KEPEMIMPINAN teladan leluhur
Oleh : photochuper
Bagaimana seandainya mempunyai pemimpin yg bisa
berorientasi kepada yang di pimpin, apalagi memiliki komitmen seperti apa yg di
teladankan oleh para leluhur, yang di antaranya.
“Setia
pada janji, berwatak tabah, kokoh, toleran, selalu berbuat baik dan sosial”.
Apalagi meniru prinsip- prinsip kepemimpinan leluhur, seperti yang di ungkapkan lewat:“Serat serat/Sastra”, misal:
“Swadana Maharjeng-tursita”, seorang pemimpin
haruslah sosok intelektual, berilmu, jujur dan pandai menjaga nama, mampu
menjalin komunikasi atas dasar prinsip kemandirian.
“Bahni-bahna Amurbeng-jurit”, selalu berada di
depan dengan memberikan keteladanan dalam membela keadilan dan kebenaran.
“Rukti-setya Garba-rukmi”, bertekad bulat
menghimpun segala daya dan potensi, guna kemakmuran dan ketinggian martabat pemerintahanya.
“Sripandayasih-Krami”, bertekad menjaga
sumber-sumber kesucian agama dan kebudayaan, agar berdaya manfaat bagi
masyarakat luas.
“Galugana-Hasta”, mengembangkan seni-sastra,
seni-suara dan seni tari, guna mengisi peradaban pemerintahan.
“Stiranggana-Cita”, sebagai pelestari dan
pengembang budaya, pencetus sinar pencerahan ilmu dan pembawa obor kebahagiaan
umat manusia.
“Smara-bhumi Adi-manggala”, tekad juang
lestari untuk menjadi pelopor pemersatu dari pelbagai kepentingan yang
berbeda-beda dari waktu ke waktu, serta berperan dalam perdamaian di mayapada.
retna,
estri, curiga, dan paksi. Retna atau permata, wataknya adalah pengayom dan
pengayem, karena khasiat batu-permata adalah untuk memberikan ketentraman dan
melindungi diri. Watak estri atau wanita, adalah berbudi luhur, bersifat sabar,
bersikap santun, mengalahkan tanpa kekerasan atau pandai berdiplomasi.
Sedangkan curiga atau keris, seorang pemimpin haruslah memiliki ketajaman
olah-pikir, dalam menetapkan policy dan strategi di bidang apa pun. Terakhir
simbol paksi atau burung, mengisyaratkan watak yang bebas terbang kemana pun,
agar dapat bertindak independen tidak terikat oleh kepentingan satu golongan,
sehingga pendapatnya pun bisa menyejukkan semua lapisan masyarakat.
Ini
sekadar renungan dan pelestarian warisan sastra dan budaya leluhur,
betapa kayanya piwulang serta kelayakanya menjadi suri tauladan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar